Selasa, 03 Februari 2015

Jiwa Muda Peduli Bencana





Pernah suatu ketika dalam kebersamaan terbesit perasaan bangga sebangganya, tetapi tak jarang saya juga merasa kecil sekecil-kecilnya dihadapan para idealis muda penyampai aspirasi mahasiswa ini.

Medan 15-19 Oktober 2014
Bermodalkan sertifikat pelatihan jurnalistik tingkat dasar, bersama 28 orang mahasiswa yang tersebar di seluruh Indonesia berkumpul di Medan, Sumatera Utara (SU). Mulai dari Universitas Al-Muslim Aceh hingga Universitas Hasannudin Makassar. Kami adalah mahasiswa beruntung  yang berakvitas di Lembaga Pers Mahasiswa (LPM). Kami dikumpulkan dalam suatu Pelatihan Nasional Pers Mahasiswa (Pena Persma) 2014 yang diselenggarakan oleh Institut Agama Islam Negeri (IAIN) SU. Suatu pertemuan dari berbagai kebudayaan melebur dengan berwadahkan jurnalistik membuat kami merasa senasib seperjuangan.





Foto bersama: Peserta dan panitia Pena Persma 2014 IAIN SU foto bersama setelah pembukaan acara, Kamis (16/10).

Suatu seremonial yang langsung mengakrabkan tercipta begitu saja. Ketika kami saling berbagi cerita tentang kebudayaan yang kami miliki. Mulai dari LPM Pilar dari Universitas Lampung dengan aksaranya yang tidak bisa kami baca, apalagi diterjemahkan sehingga membuat kami kebingungan. LPM Suara Al-Muslim dan LPM Detak dari Aceh dengan tarian seribu tangannya, LPM Wartadinus dari Semarang yang tidak hanya terlibat dunia jurnalistik di kampus tetapi juga dengan Persatuan Pers Mahasiswa Indonesia di Semarang. Tidak mau ketinggalan Provinsi Sumatera Barat juga bercerita tentang Rumah Makan Padang yang tidak ditemukan di Padang. Tetapi banyak ditemukan di tempat lain karena begitu terkenalnya masakan Padang itu
.
Diskusi bebas: Setelah makan bersama peserta dan panitia berbagi cerita mengenai daerah masing-masing, Rabu (16/10).

Selanjutnya kami melaju ke Berastagi Kabupaten Karo, sekitar tiga sampai empat jam menggunakan bus menuju penginapan Orange City tempat kami memulai petualangan. Sesuai dengan tema Pena Persma 2014 yaitu Jurnalisme Bencana, penginapan ini tidak terlalu jauh dari kaki Gunung Sinabung. Udara dingin memasuki pori-pori ketika baru menginjakkan kaki di dataran tinggi ini, kami langsung disambut teh panas yang sedikit menolong menghangatkan suasana. Karena waktu sudah menunjukkan pukul 11.00 WIB kami pun diminta untuk beristirahat karena masih banyak agenda yang menunggu besoknya.

 
Orange City: Ini adalah tempat kami menginap selama beberapa hari ketika mengikuti pelatihan, pemandangan alam yang masih asri, Jumat (17/10)

Setelah dibekali materi-materi pada pelatihan, kami akhirnya dibawa langsung terjun ke lapangan. Sesuai dengan tema pada Pelatihan ini, reportase lapangan ke Desa Guru Kinayan (Gurki) pun dimulai, beradius lima kilo meter dari kaki Gunung Sinabung. Ketika sampai di Desa Gurki kami langsung menyaksikan erupsi dengan muntahan awan panas pukul 12.14 WIB sekitar empat sampai lima menit, Sabtu (19/10).

 
Erupsi: Gunung Sanabung kembali mengeluarkan awan panasnya, muntahan tersebut terlihat di Desa Guru Kinayan, Sabtu (19/10).

Kami melanjutkan perjalanan ke tempat pengungsian korban Gunung Sinabung yaitu di Universitas Karo (UKA), Kecamatan Kabanjahe.  Di UKA ini, terdiri dari tiga posko, di antaranya: UKA I, UKA II, dan UKA III. Sejak tanggal 12 September 2013 posko ini dihuni oleh masyarakat Kabanjahe lebih kurang 200 Kartu Keluarga. Di Kecamatan Kabanjahe terdapat 23 desa, tiga desa di antaranya sudah dipulangkan. Dengan membawa niat baik, panitia pelaksana Pena Pesma memberikan bantuan berupa sembako untuk para pengungsi di UKA III.


Penyerahan bantuan: Ketua Panitia, Edo Putra mewakili panitia memberikan secara simbolis sembako kepada korban pengungsian Gunung Sinabung, Sabtu (18/10).


Sebelum penutupan ada penampilan dari peserta, yaitu memperagakan kebudayaan dari daerah masing-masing. Malam yang dingin tidak menjadi alasan untuk mengurangi minat dan antusias semuanya. Bermodalkan alat seadaanya para mahasiswa ini berupaya menyajikan kebudayaan mereka sebaik mungkin, karena budaya adalah gengsi yang harus mereka jaga.

Penampilan: Mahasiswa Padang sedang menerangkan mengenai suatu filosofi yang berlaku di daerah mereka, Sabtu (18/10).

 Setelah berbagai penampilan, akhirnya acara sakral yang tidak ingin cepat dijumpai menghampiri  juga. Para pejuang bermodalkan tulisan ini memasuki dimensi perpisahan. Hanya beberapa hari, tapi untuk sebuah memori dalam ingatan rasanya sudah tersimpan indah. Sebuah perjalanan yang kita lalui tanpa butuh proses lama untuk saling mengenal, tetapi terasa hangat saat bersama. Para generasi muda berlatar belakang berbeda tentunya dengan pemikiran yang berbeda juga. Tetapi satu yang bisa dipastikan sama, dengan tujuan membantu menyuarakan aspirasi mahasiswa.

Tandatangan: Peserta dan panitia menandatangani kain putih sebagai kenang-kenangan, Sabtu (18/10).