Jumat, 09 September 2016

PILIHAN


Saya telah nyebur, mau keluar atau di dalam tetap saja sudah basah. Saya coba nyelem, untung-untung bisa berenang. Jika tidak, ya sekalian saja tenggelam.

***
Saya masih goyah. Labil sekali. Gampang terbawa arus. Dengar sini saya oleng, dengar sana saya timbul. Tak ada yang salah dari mereka. Mereka hanya bercerita tentang nasib. Tetapi, nasib saya kan belum tentu serupa mereka. "Apa salahnya mencoba?" Iya, itu tak salah. Yang tak benar adalah saya dilema. 
Ini hidup saya! Memang.
Ngapain pikiran kata orang! Benar. Namun, bukan saya saja yang hidup di hidup ini. Masih ada mereka. 

Saya merasuki keyakinan, bahwa ini tidaklah sulit. Selalu ada jalan untuk orang yang berusaha. Selalu ada pintu untuk orang yang punya tujuan. Selalu ada kunci untuk orang yang mengetuk. Dan selalu ada Tuhan untuk orang yang berdoa. 

Mesugesti diri akan hal positif tidaklah gampang. Banyak godaan yang datang silih berganti. Banyak gonjang-ganjing yang menggentarkan hati. Banyak tatapan yang tak memercayai. Dan banyak kesilapan yang tak disengajai.

Hanya saja ini masalah pembuktian diri. Saya bisa seperti mereka. Menyetarakan mereka atau bahkan lebih. Tentunya dengan cara yang termuliakan. "Berusaha di atas rata-rata dan memberikan yang terbaik". Bukankah itu yang saya yakini dan melayakkan saya sampai kini. Bukankah itu yang selalu saya koar-koarkan ketika lelah menggerayangi. Jangan lakukan apa yang rata-rata dilakukan orang-orang, tapi lakukanlah di atas kebanyakkan orang. Persembahan versi terbaik dari diri. Biarkan mereka merasai bahwa sesuatu yang dilakukan dengan penuh usaha lebih nikmat.

Jumat, 02 September 2016

Sebuah Cerita


Coklat dan Keju :P




Aahh, tempat ini sudah berdebu. Terlalu lama kuabaikan. Padahal saat dirudung banyak masalah, aku selalu berurai di sini. Sebenarnya bukan karena aku terbebas dari masalah akhir-akhir ini. Hanya saja, aku kembali terlena akan kesibukan hingga menumpulkan kesenangan ini.

Kemarin, seorang teman melalui media sosial berujar. Ia suka membacai tulisan-tulisanku. Menyadarkanku bahwa curahan receh ini pun ternyata bisa dinikmati orang-orang. Ia berkata, sering merasakan apa yang aku tulisi. Memang ini adalah wadah bagiku untuk berkeluh kesah. Tak perlu menulikan telinga orang lain. Dan tak menimbulkan gibah. 

Lagi, kemarin, kembali teman lain menyapaku. Berkata bahwa Cerpen Anak yang kutulis dimuat di salah satu media cetak. Aku bahkan telah lama tak memantau lagi media cetak dan online yang memuat tulisanku. Jika tak dikabari teman, aku tak pernah tahu. Mungkin, ada tulisan-tulisan lain yang tak kusadari telah dipublikasikan juga. Terenyuh, aku semakin berjarak dengan duniaku. 

Sini aku ceritakan.
Kenapa aku bisa lupa untuk berkeluh-kesah di sini? Kenapa aku bisa hidup dengan tenang, walau banyak omongan aneh tentangku karena suatu hal? Kenapa aku terlihat sangat bahagia?
Aku hanya telah menemukan dia. Dia yang bisa kucurahi apa saja. Tak peduli itu wajar atau tidak. Tak pikir, apa ia paham ocehanku yang tak menggunakan EB (Ejaan Bahasa) yang baik dan benar. Tak masalah, jika aku ngomel-ngomel tentang suatu hal yang tak berkesudahan. 
Entahlah. Ia adalah kenyamanan. Sejak ada dia, aku lupa untuk menulari galau pada pembaca yang mengintip ini. hehehe.

Bagiku, mengingatnya saja sudah mendamaikan. Padahal aku tak pernah menyukai sebuah publikasi serupa ini. Aku tak peduli tentang pengakuan publik. Hanya saja, kali ini aku ingin dunia tahu bahwa memilikinya adalah sebuah kebanggaan. Aku ingin alam semesta tahu bahwa aku bahagia. 
#Curang dong, ketika merasa dikepung masalah, aku bercuap-cuap di sini. Jadi, sudah semestinya, ketika bahagia pun kutorehkan di sini. ^_^

Karena hidup adalah perputaran. Tak mungkin selama merana. Namun, ketika telah merona, akan kuperjuangkan hingga tak ada celah untuk kembali.

Pekanbaru, 27-28 Agustus 2016, kami menggila bersama. Di senggang waktu kerjanya, ia menghampiriku. Aku menjemputnya di Bandara Sultan Syarif Kasim. Jika kuceritakan di sini mungkin pembaca tak akan percaya, bagaimana awal perkenalan kami. Hanya satu, yakinilah! Tak ada yang tak mungkin jika Allah berkehendak. Melihat perjuangannya untuk berjumpa denganku  membuatku yakin bahwa apa yang kami rasakan adalah sama.

Haii Pria yang kupanggil Coklat!!! Yang membuatku merasa imut saat berfoto bersama. Dengankan Keju baik-baik ya, (hahaha)!!! 
Membahagiakan saat Allah mempertemukan aku dengan kamu, tentunya melalui perantara dia.
Sudah sepatutnya kita berucap syukur dan terima kasih, kan?
 ^_^

#tentang filosofi Coklat dan Keju akan kukupas dilain kesempatan. hehehe