Catatan dipenghujung Belasan
Catatan
dipenghujung Belasan
Waktu tidak pernah mau
menunggu apalagi berhenti sejenak untuk kesiapan kedewasaan. Waktu tidak pernah
berlari, tetapi aku akan berlari mengejar waktu demi pencapaian-pencapaian yang
aku rancang dalam kehidupanku.
***
Tinggal
hitungan hari, jika Allah masih berkenan memberiku kesempatan untuk mengulang
menikmati kembali momentum awal kehidupanku. Hari bersejarah yang penting dari bagian
hidupku, dimana seharusnya “kedewasaan” ikut bersamaku memperingati hari itu. Sudahkah
kusiap, untuk tuntutan kata “dewasa” yang sebentar lagi akan tersemat dalam
usiaku. Atau aku hanya akan berpura-pura memakai topeng “kedewasaan” yang masih
belum bisa kumiliki.
Belasan,
yah sebentar lagi “dia” akan beranjak meninggalkanku dengan berjuta kenangan
yang telah kami rajut bersama. Belasan mengajarkanku arti bertanggungjawab
dalam tindakan yang kulakukan, walaupun tidak jarang aku masih berlindung dalam
dekapan ketakutan atas tindakanku sendiri. Belasan membuatku sadar harus ada
mimpi dan pencapaian agar hidupku terasa bermakna. Belasan mengingatkanku bahwa
aku punya motivator terhebat yang selalu menyemangatiku dalam meraih segala
mimpi. Belasan mengenalkanku pada getaran-getaran saat rasa telah mengisi ruang
kosong dalam dadaku. Belasan aku mengetahui itu abstrak tapi sangat nyata
terasa, yah kekaguman pada makhluk bernama pria. Belasan menemaniku melewati
masa labil, masa dimana aku mencari jati diriku.
Tapi
belasan tidak pernah membuatku melupakan daftar-daftar nama orang yang harus kubahagiaan.
Belasan begitu setia bersamaku mengukir cerita-cerita di dinding-dinding kokoh
bernama hati. Belasan kini harus meninggalkanku, tetapi dia akan mengantarkanku
kepada gerbang “kedewasaan”. Belasan adalah masa yang membuatku tersadar, waktu
tidak pernah mau menunggu apalagi berhenti sejenak untuk kesiapan kedewasaan.
Waktu tidak pernah berlari, tapi aku akan berlari mengejar waktu demi
pencapaian-pencapaian yang telah aku rancang dalam kehidupanku.
***
Teringat
tingkah konyol kala masa labil masih menjajah tingkahku, sepertinya alay juga
pernah kulewati. Galau pun pernah berkali-kali menyerangku dan berhasil
membuatku terjangkit virus dilema. Tetapi, rasanya belasanku begitu bermakna
dan terasa indah, karna aku juga pernah mengalami masa-masa dimana memang harus
dilewati remaja. Setidaknya “cabe-cabean” yang lagi trendnya sekarang tidak pernah menyentuh hidupku. #bangga ne
ceritanya. Hahaha
Gamang,
sepertinya juga ikut merasakan apa yang aku rasakan. Sanggupkahku mempertanggungjawabkan
sesuatu yang akan mendekat padaku? Aku masih saja menyukai ketika kepalaku
diusap-usap dan rambutku dibelai Papa ketika dia bangga memiliki putri seperti
(mungkin) atau karena dia gemas dengan tingkat kebawelanku yang mengusik,
hehehe. Tanpa asalan yang pasti aku sudah cukup yakin, beliau tahu cara
sederhana buatku bahagia.
Berbeda
dengan Mama, aku masih saja suka bersembunyi dalam dekapan hangatnya ketika
dunia membuatku takut. Aku berlindung dalam pelukannya ketika aku takut
menghadapi kenyataan bahwa terkadang sesuatu yang kita harapkan tak bisa sesuai
dengan yang kita dapatkan. Apakah ketika kedewasaan itu datang, aku tak boleh
lagi merasakan hal tersebut? Sungguh aku tak ingin dewasa itu hadir, jika dia
harus merenggut kenyamananku.
Aku
masih saja suka menarik perhatian Uda (Kakakku satu-satunya), membuatnya gemas
dan akhirnya mencubit kecil pipiku. Kami sama-sama beranjak dewasa, tapi
rasanya aku masih tidak rela jika ada gadis lain yang merebutnya dariku kelak.
Egois sekali aku ini, yah itulah kenapa sampai sekarang kedewasaan mungkin masih
enggan mendekatiku.
***
Tersandera dalam pikiran
sendiri
Basuh ingatan atas ketakutan
yang menghantui
Jembatan yang
menyeberangi
Hidupku kini dan nanti
Tapi aku tak ingin memutar
haluan
Tuk mengejar masa lalu
Karena banyak mimpi yang
kugantungkan
Di masa mendatang
Yang membuatku tersadar
Semua pasti akan merasuki
Seiring waktu yang
meninggalkan
Jejak-jejak pengharapanku
***
Rasanya
hal yang wajar ketika perasaan ini mengeluti hati, tapi aku tidak boleh
terpuruk terlalu lama, dalam kekalutan-kekalutan yang berhasil aku ciptakan
sendiri. Dewasa punya caranya sendiri untuk merasukiku, tanpa harus merenggut
kenyamananku bersembunyi di topeng kekanak-kanakan yang kusebut Belasan ini.
***
Terimakasih
kepada seseorang yang telah melecutiku dengan motivasinya, ketika aku duduk
berdiam dan memerhatikannya sedang menulis resolusinya dipergantian tahun baru
kemarin. Aku pun berusaha menuangkan setiap pikiran dalam kata yang kurangkai
dan berhasil kutuliskan ini. Rasanya sayang pada waktu kosongku yang mengalir
tanpa aktivitas yang bermakna. Inilah cara ampuh menikmati kejenuhan dalam
liburanku. (^_^)Wichy Elvinda Rahmaddina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar