Kamis, 23 Januari 2014

Dari Sini Semua Bermula




Bermula dari dia cerita ini mengalir...

Dia yang pertama kali menyentuh
Senyumnya mengalahkan berjuta rasa yang didera
Untuk seseorang yang menangis menyapa dunia
Janji menyelinap tanpa ada saksi selain Rabb-Nya
Dialah malaikat untuk sosok lemah berwujud bayi
Dia yang mengajari dunia
Mulai merangkak, berdiri, berjalan, dan berlari
Berlari mengerja segala mimpi

Malaikat itu kupanggil Mama

***
23 Janauri 1994
RS, Ambon
Subuh itu pertama kalinya bayi itu menyapa dunia, dengan tangisan yang mengawali kehidupannya. Dilanjutkan dengan suara Papanya membisikan iqhomah di telinga mungilnya. Anugerah kembali menyentuh bayi kecil itu, dengan terlahir sebagai seorang Muslimah. Serta berbagai harapan yang disematkan sang Papa, bercampur kebahagiaan yang tak dapat didustakan. Sebelumnya juga sudah ada pria kecil yang menjadi gajoannya, bayi ini pelengkap kebahagiaan dalam keluarga kecil tersebut.

***
23 Januari 2014 
Padang, Sumatera Barat
Bayi 20 tahun silam itu adalah aku, bayi yang telah menjelma menjadi seorang gadis. Masa itu telah berlalu tepat 20 tahun silam, tapi cerita Mama masih melekat kuat di ingatanku. Kala dia memberi nama dengan berjuta harapan yang ikut menyertaiku. Mulai aku merangkak, berdiri, berjalan, dan berlari semua rekaman yang pernah terlalui, kembali dia putarkan untukku. Malam ini kembali kukenang sendiri, suatu tuntutan yang membuatku tak bisa menatap langsung ketika harapan mereka mengiring berkurangnya usiaku. Tetapi lantunan doanya ku yakin tak akan pernah berhenti mengalir. Malam ini, aku sendiri menggeluti pertukaran simbol kehidupan, bukan lagi belasan tapi sudah menginjak puluhan. Memang tak ada yang perlu dirayakan dari usia yang berkurang, tapi menyelinap rasa yang ingin dilirik. Sekadar seuntai doa, berharap di-amini semesta.. :D
Terbesit sedih, pertama kalinya tak mengukir kebersamaan ketika waktu semakin mengurangi jatahku, tetapi tentu umur juga membuktikan dewasa memang sudah layak untukku sandang. Telepon mereka semalam sempat membuat hatiku terenyuh, tapi ini juga kado terindah yang bisa ku petik manfaatnya. Bukan tradisi kami juga merayakan dengan pesta, tapi kami punya cara sederhana yang membuat semua begitu berarti. Biasanya setiap moment ini menghampiri, mereka kembali mencerita setiap episode yang pernah kulewati. Walau hal tersebut sudah terjadi berulang, tapi ketika semua singgah di gendang telingaku, terasa memiliki jiwa yang baru.

***
Teringat, sudah banyak jejak-jejak yang berhasil membekas disetiap langkah kakiku. Baik itu suka, mau pun duka telah menoreskan tandanya sendiri. Meninggalkan sesuatu yang patut untuk kukenang dari bagian hidupku.
Tak lagi putih yang terbias pada kertas perjalananku, ia telah bernoda bahkan usang terhimpit waktu.  Tidak hanya tingkah baik yang kutebarkan, mungkin juga meninggalkan guratan tak senang di wajah mereka yang singgah dalam kenanganku. Sungguh aku tak pernah bermaksud menciptakan kenangan buruk kala bayangan tentangku menghampiri mereka. Tapi rasa kadang sering menyelinap dan berhasil menguasai pikiran dan hati, rasa mewakili semua belang perangaiku. Ia menjajah, dan aku yang terjajah sehingga terlampiaskan kepadamu (yang mungkin terlukai).
Aku memang tak akan pernah bisa sempurna tanpa celah, kilaf kadang sering membekas. Tapi lembaran baru yang putih tersedia jika nadi masih berdenyut. Izinkan ku coret memori indah ke depannya untuk jiwa yang akan singgah dalam hidupku.

***
Nada pesan pertama yang mengingatkanku bahwa detik itu telah sampai dari Mama, malaikat yang mempertaruhkan nyawanya untukku, berlanjut nada panggilan masuk darinya yang digilir kepada pria terhebatku, Papa. Ucapan terima kasih pertama kuaturkan untuk keluarga kecilku ini, yang telah menimpaku, dan berhasil membentuk pribadiku yang sekarang. Keluarga yang selalu mendukung apa pun langkahku, selagi tak berbenturan dengan perintah-Nya. Terima kasih selalu menjadi yang pertama mendukung apa pun pilihanku. Mereka yang tidak pernah menuntutku menjelma dalam kepura-puraan yang dipaksakan, karena sesuatu yang dipaksakan itu memang tidak akan berbuah baik. Berbagai doa yang mengalir dalam harapan mereka, semoga di ijabah oleh Allah. Amin.. :D
Terima kasih untuk saudara se”rumah”ku, yang kebetulan mempertemukan kita juga di rumah tersebut. orang-orang luar biasa yang sepakat mengikat satu sama lain dengan kata keluarga. Orang-orang yang selalu berhasil membuatku iri, mereka  yang ingin aku curi ilmunya. Teruntuk kakak dan abangku disana, terima kasih telah menjadi benteng yang menjaga rumah kita yang selalu membuat ku terpukau dengan keunikannya masing-masing. Terkhusus kawan seperjuangan, sekaligus lawan yang mencambuk kemalasan yang sering menderaku kala lelah menguasai raga. Banyak hal yang kepelajari dari kalian. Tentu bukan hanya kebahagiaan yang kita nikmati, pahit pun sering kita jumpai kala argumen beradu argumen yang tak mau saling mengerti.
Sempat kecewa melintasiku tadi, ketika semaunya bertingkah seolah tak ada yang terjadi. Mendiami diriku, atau malah aku yang membuat keadaan semakin senyap. Iringan lagu tadi sungguh membuatku terkejut, tak terlintas dalam pikiranku. Bukan karena nyanyian “happy brithday” yang kalian lantukan, atau kue brownies “cinta” yang kutiup tanpa lilin 20 bertengker di atasnya. Lebih dari itu, untaian doa kalian yang memang sangat kunantikan. Maaf aku belum bisa jadi saudara yang kalian idamkan, maaf juga ego sering membelenggu tingkahku, tapi kalian buktikan padaku bahwa saudara tak serahim itu memang ada, dan itu kalian, yang kutemukan tertinggal di "ruamah" kita. Aku menyayangi kalian seperti aku juga mengasihi rumah kita “Ganto”.
***
Segala puji bagi Engkau, Tuhan semesta alam yang masih memberiku kesempatan untuk mencicipi setahun yang telah berlalu dan berharap untuk kesempatan di tahun-tahun ke depannya. Yang mempertemukana ku dengan mereka yang membuatku selalu bermimpi untuk lebih baik lagi. Syukur yang tak terhingga kepada Allah, karena telah menitipkanku pada mereka, orangtua luar biasa. ^_^

3 komentar: