Jalinan Kebersamaan
Waktu punya caranya sendiri
untuk mempertemukan kita. Ketika kita sama-sama bingung dan merasa asing dengan
dunia baru yang kita masuki. Tiba-tiba waktu menyelinap dan menjalin
kebersamaan diantara kita.
***
Suasana
di Bank Nagari kala itu begitu sesak, karena jadwal pembayaran bagi Mahasiswa
baru (Maba). Dan masih banyak lagi serentetan prosedur yang harus dilewati
untuk memasuki lingkungan bernama Kampus. Aku melihat Mama (saat itu aku memang
masih ditemani Mama, hehe) sedang berbicara dengan seorang Ibu-ibu yang
sepertinya juga senasib, menemani anaknya daftar ulang.
Aku
pun menghampiri Mama dan tersenyum pada Ibu itu, dan Ibu itu berkata, “ini anak
Ibuk?”
“Iya,
dia juga jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,” kemudian Mama menjelaskan padaku
bahwa anak Ibu tersebut juga di jurusan yang sama denganku.
Tidak
lama kemudian kamu pun muncul, setelah mengurus prosedur yang lainnya. Lalu Ibumu
memperkenalkanmu padaku. Terlebih dahulu aku menjelaskan bahwa aku lulus di Program
Studi Non Kependidikan, ternyata kamu pun ia. Kita saling memperlihatkan Nomor
Induk Mahasiswa (NIM), NIM kita hanya selisih satu angka, aku 1200941 sedangkan
kamu 1200942. Akhirnya kita sepakat untuk melanjutkan bersama prosedur-prosedur
yang belum kita selesaikan. Beruntung aku mempunyai Uda (Kakak laki-lakiku)
yang juga berkuliah di kampus yang sama, sehingga mempermudah kita menyelesaikan
semuanya.
Sebelumnya
aku juga sudah banyak berkenalan dengan Maba lainnya, tetapi tidak satu pun
yang kutemukan di Program studi (Prodi) kita, kamulah teman pertamaku di Prodi,
mungkin bagimu aku juga teman pertamamu. J
***
Menunggu
waktu memulai PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru) kita saling
berbagi info melalui pesan singkat. Ternyata kita berbeda Fakultas saat PKKMB,
tetapi itu hanya berlangsung selama tiga hari.
Sebuah
kebetulan kembali menyentuh kebersamaan kita, kamu yang sudah terlebih dahulu
mendapatkan tempat kost, harus pindah karena suatu hal. Dan kamu menanyakan
tempat kostku yang memang sudah penuh, waktu itu aku juga telah berdua dengan
sepupuku. Akhirnya kamu mendapatkan
tempat kost yang ternyata berdekatan denganku. Sejak itu kita selalu saling
menunggu dan pulang pergi bersama ke kampus. Sayang itu hanya berlangsung selama
dua semester, kamu kembali harus pindah karena suatu hal, tetapi hal tersebut
tidak membuat jarak antara kita.
***
Di
kampus, di mana ada aku pasti ada kamu. Jika kamu tidak ada teman-teman pasti
menanyakannya padaku. Begitupun sebaliknya, tetapi hal tersebut jarang sekali
terjadi, karena aku lebih rajin padamu (Paece..! hehehe).
Kita
yang sudah sepakat untuk sama-sama mengambil Mata Kuliah Umum (MKU) satu lokal.
“Aku ingin satu MKU dengan kamu, kitakan satu tali pusat,” kamu berhasil mendokrinku
dengan kata-katamu itu.
Tapi
itu tidak bisa berjalan sesuai kehendak kita, kita sama-sama tahu MKU sangat
susah didapatkan, pada semester tiga kita dinyatakan berbeda lokal hanya pada
MKU.
***
Banyak
hal yang terjadi dalam kebersamaan kita, mulai dari kebetulan di Bank Nagari
yang mempertemukan kita, NIM kita yang berdekatan, kost kita pun juga
berdekatan, duduk di lokal pun yang juga berdekatan, dan kesamaan presepsi kita
tentang suatu hal yang akhirnya membuat kita tergelak betapa konyolnya pikiran
kita. Tetapi mungkin banyak celah yang terjadi dalam kebersamaan kita, dalam
canda mungkin kita saling melukai. Tetapi kita sudah terbiasa untuk
menerbangkannya bersama angin yang berhembus.
Aku
yang memilih untuk menyibukkan diri mengikuti suatu Unit Kegiatan di Kampus tidak
membuatmu meninggalkanku. Walau secara tak sengaja waktu mencuri kebersamaan kita, hingga semakin
berkurang. Kamu punya cara tersendiri mendukung pilihanku, walau tidak secara
langsung kamu nyatakan. Bahkan dari sindiranmu yang mengatakan aku terlalu sibuk,
aku tahu itu hanya bentuk dari protesmu padaku, agar aku bisa membagi waktu.
***
Pernah
suatu ketika aku dihinggapi prasangka iri dan cemburu padamu, mungkin kamu
pun tahu tentang itu. Itu terjadi pada
akhir semester dua kita, rasanya tidak adil saja bagiku. Dengan tingkah poah
dan santaimu, banyak tugas dan lainnya yang kamu telantarkan. Pun juga karena
kemarin itu kamu sakit, sehingga banyak menoreskan absen pada kehadiranmu, sedangkan
aku TIDAK PERNAH. Tetapi, kamu berhasil melewati semester dua tanpa kegagalan,
sedangkan aku? Apa yang aku dapatkan dari hasil jerih payahku pada semester itu?
Sempat terbesit dipikiranku nilai yang kamu dapatkan sebenarnya adalah hasilku,
mungkin dosen saja yang salah memasukkannya, mengingat NIM kita yang
berdekatan.
Kemudian
aku tersadar, betapa piciknya pikiranku kepada sahabatku sendiri. Mungkin
keberuntungan sedang bergelantung pada bahumu, sedangkan usaha dan kerja
kerasku tidak bisa menampung kepongahanku dengan percaya diri bakal jadi yang
terbaik lagi di lokal kita.
***
Walau
kita sering menghabiskan waktu bersama dengan cerita-cerita yang berhasil aku
kenang sekarang, tetapi itu tidak menutupi ruang untuk kita berbaur dengan yang
lainnya. Kita punya cara sendiri untuk tetap masuk dalam lingkaran di lokal kita.
Hingga suatu ketika dia datang dan menambah kehangatan kebersamaan kita.
Kini
bukan hanya ada aku dan kamu, tapi juga ada dia. Kita bersama bukan karena
kesamaan kita, tapi karena perbedaan yang menuntut kita saling menguatkan
meraih mimpi.
***
Telah
banyak yang kita lalui
Ku
yakin bukan hanya manis yang tercicipi
Tapi
juga terselip pahit yang terasai
Singgah
dan ciptakan
Sulaman
kebersamaan yang terlewati
Antara
aku, kamu, dan dia
Walau
kita tak seperti mereka
Yang
berwarna-warni merangkai hari
Tapi
kita dengan tinta permanen kan tetap di hati
Terekam
dalam memori masing-masing
Dalam
kebersamaan yang berarti
***
Terimakasih,
teruntuk kamu dan dia yang mengukir kebersamaan yang telah kita ciptakan. Aku
masih berharap untuk kebersamaan-kebersamaan di Semester mendatang yang
InsyaAllah akan menghampiri sebentar lagi, teman. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar