Senin, 13 Januari 2014

Jalinan Kebersamaan



Jalinan Kebersamaan

Waktu punya caranya sendiri untuk mempertemukan kita. Ketika kita sama-sama bingung dan merasa asing dengan dunia baru yang kita masuki. Tiba-tiba waktu menyelinap dan menjalin kebersamaan diantara kita.
***
Suasana di Bank Nagari kala itu begitu sesak, karena jadwal pembayaran bagi Mahasiswa baru (Maba). Dan masih banyak lagi serentetan prosedur yang harus dilewati untuk memasuki lingkungan bernama Kampus. Aku melihat Mama (saat itu aku memang masih ditemani Mama, hehe) sedang berbicara dengan seorang Ibu-ibu yang sepertinya juga senasib, menemani anaknya daftar ulang.
Aku pun menghampiri Mama dan tersenyum pada Ibu itu, dan Ibu itu berkata, “ini anak Ibuk?”
“Iya, dia juga jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,” kemudian Mama menjelaskan padaku bahwa anak Ibu tersebut juga di jurusan yang sama denganku.
Tidak lama kemudian kamu pun muncul, setelah mengurus prosedur yang lainnya. Lalu Ibumu memperkenalkanmu padaku. Terlebih dahulu aku menjelaskan bahwa aku lulus di Program Studi Non Kependidikan, ternyata kamu pun ia. Kita saling memperlihatkan Nomor Induk Mahasiswa (NIM), NIM kita hanya selisih satu angka, aku 1200941 sedangkan kamu 1200942. Akhirnya kita sepakat untuk melanjutkan bersama prosedur-prosedur yang belum kita selesaikan. Beruntung aku mempunyai Uda (Kakak laki-lakiku) yang juga berkuliah di kampus yang sama, sehingga mempermudah kita menyelesaikan semuanya.
Sebelumnya aku juga sudah banyak berkenalan dengan Maba lainnya, tetapi tidak satu pun yang kutemukan di Program studi (Prodi) kita, kamulah teman pertamaku di Prodi, mungkin bagimu aku juga teman pertamamu. J
***
Menunggu waktu memulai PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru) kita saling berbagi info melalui pesan singkat. Ternyata kita berbeda Fakultas saat PKKMB, tetapi itu hanya berlangsung selama tiga hari.
Sebuah kebetulan kembali menyentuh kebersamaan kita, kamu yang sudah terlebih dahulu mendapatkan tempat kost, harus pindah karena suatu hal. Dan kamu menanyakan tempat kostku yang memang sudah penuh, waktu itu aku juga telah berdua dengan sepupuku. Akhirnya kamu  mendapatkan tempat kost yang ternyata berdekatan denganku. Sejak itu kita selalu saling menunggu dan pulang pergi bersama ke kampus. Sayang itu hanya berlangsung selama dua semester, kamu kembali harus pindah karena suatu hal, tetapi hal tersebut tidak membuat jarak antara kita.
***
Di kampus, di mana ada aku pasti ada kamu. Jika kamu tidak ada teman-teman pasti menanyakannya padaku. Begitupun sebaliknya, tetapi hal tersebut jarang sekali terjadi, karena aku lebih rajin padamu (Paece..! hehehe).
Kita yang sudah sepakat untuk sama-sama mengambil Mata Kuliah Umum (MKU) satu lokal. “Aku ingin satu MKU dengan kamu, kitakan satu tali pusat,” kamu berhasil mendokrinku dengan kata-katamu itu.
Tapi itu tidak bisa berjalan sesuai kehendak kita, kita sama-sama tahu MKU sangat susah didapatkan, pada semester tiga kita dinyatakan berbeda lokal hanya pada MKU.
***
Banyak hal yang terjadi dalam kebersamaan kita, mulai dari kebetulan di Bank Nagari yang mempertemukan kita, NIM kita yang berdekatan, kost kita pun juga berdekatan, duduk di lokal pun yang juga berdekatan, dan kesamaan presepsi kita tentang suatu hal yang akhirnya membuat kita tergelak betapa konyolnya pikiran kita. Tetapi mungkin banyak celah yang terjadi dalam kebersamaan kita, dalam canda mungkin kita saling melukai. Tetapi kita sudah terbiasa untuk menerbangkannya bersama angin yang berhembus.
Aku yang memilih untuk menyibukkan diri mengikuti suatu Unit Kegiatan di Kampus tidak membuatmu meninggalkanku. Walau secara tak sengaja waktu  mencuri kebersamaan kita, hingga semakin berkurang. Kamu punya cara tersendiri mendukung pilihanku, walau tidak secara langsung kamu nyatakan. Bahkan dari sindiranmu yang mengatakan aku terlalu sibuk, aku tahu itu hanya bentuk dari protesmu padaku, agar aku bisa membagi waktu.
***
Pernah suatu ketika aku dihinggapi prasangka iri dan cemburu padamu, mungkin kamu pun  tahu tentang itu. Itu terjadi pada akhir semester dua kita, rasanya tidak adil saja bagiku. Dengan tingkah poah dan santaimu, banyak tugas dan lainnya yang kamu telantarkan. Pun juga karena kemarin itu kamu sakit, sehingga banyak menoreskan absen pada kehadiranmu, sedangkan aku TIDAK PERNAH. Tetapi, kamu berhasil melewati semester dua tanpa kegagalan, sedangkan aku? Apa yang aku dapatkan dari hasil jerih payahku pada semester itu? Sempat terbesit dipikiranku nilai yang kamu dapatkan sebenarnya adalah hasilku, mungkin dosen saja yang salah memasukkannya, mengingat NIM kita yang berdekatan.
Kemudian aku tersadar, betapa piciknya pikiranku kepada sahabatku sendiri. Mungkin keberuntungan sedang bergelantung pada bahumu, sedangkan usaha dan kerja kerasku tidak bisa menampung kepongahanku dengan percaya diri bakal jadi yang terbaik lagi di lokal kita.
 ***
Walau kita sering menghabiskan waktu bersama dengan cerita-cerita yang berhasil aku kenang sekarang, tetapi itu tidak menutupi ruang untuk kita berbaur dengan yang lainnya. Kita punya cara sendiri untuk tetap masuk dalam lingkaran di lokal kita. Hingga suatu ketika dia datang dan menambah kehangatan kebersamaan kita.
Kini bukan hanya ada aku dan kamu, tapi juga ada dia. Kita bersama bukan karena kesamaan kita, tapi karena perbedaan yang menuntut kita saling menguatkan meraih mimpi.
***
Telah banyak yang kita lalui
Ku yakin bukan hanya manis yang tercicipi
Tapi juga terselip pahit yang terasai
Singgah dan ciptakan
Sulaman kebersamaan yang terlewati
Antara aku, kamu, dan dia
Walau kita tak seperti mereka
Yang berwarna-warni merangkai hari
Tapi kita dengan tinta permanen kan tetap di hati
Terekam dalam memori masing-masing
Dalam kebersamaan yang berarti

***
Terimakasih, teruntuk kamu dan dia yang mengukir kebersamaan yang telah kita ciptakan. Aku masih berharap untuk kebersamaan-kebersamaan di Semester mendatang yang InsyaAllah akan menghampiri sebentar lagi, teman. J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar