Minggu, 17 April 2016

Aku (Kembali) Hidup

                                                                                                                              Padang, 16 April 2016

       "Hanya di sini aku merasa waras," dikutip dari pernyataan seorang saudara serumah. Ran_Huri.


 
Saat akan memulai Rapat Mingguan, (20 Agustus 2015).

 
Masak Onde-onde untuk buka bareng :D

 
Rapat: Saat aku diamanahi menjadi Ketua PKJTLN 2015.

Sudah beberapa hari ini aku hilang arah, hilir mudik tak menentukan. Parahnya, jika aku jalan sendiri, aku bisa nyasar kemana-mana. Memang navigasiku kacau sekali. :D
***
Sejak kembali pulang, aku berencana untuk mengunjungi "rumah". Namun aku malas sekali untuk beranjak. Selama di sini aku hanya pergi ke bekas kampus untuk menyelesaikan beberapa urusan yang kubiarkan saja terbengkalai dulu. Dua hari pascawisuda, aku memilih melalang buana sejenak. Hampir sebulan aku berkelana. Padang-Jakarta-Semarang-Jakarta-Singapura-Malaysia-Padang. Liburan yang menguras perasaan.
Beberapa rekan bertanya-tanya, apa aku sudah pulang. Tak sedikit yang terang-terangan berkata, "Jangan lupa buah tangannya". Aku jawab saja, "Oleh-oleh berharga adalah kepulanganku kembali bersama foto-foto cantik, haha". Sembrono! 
Sudah beberapa hari di sini tak kunjung aku datang ke "rumah". Akhirnya, aku putuskan untuk pulang pada Sabtu pagi sekaligus untuk pergi baralek (pesta pernikahan) Kakak se"rumah".
Saat melangkahkan kaki pertama memasuki rumah, aku dirundung perasaan haru. Aku teramat merindukan tempat itu. Pagi itu masih sepi, pukul 09.15 WIB. Yah memang, aku tak terbiasa datang tepat waktu jika berjanji melainkan cepat waktu. Kesepakatannya kami akan berangkat pukul 10.00 WIB. Padahal aku sudah paham betul, tak akan pernah pergi tepat waktu. Tabiatku yang tak suka membuat orang menunggu mengakibatkan aku malah keseringan menunggu.
Di "rumah" aku disambut Pemus, pria keriting yang ramah dan juga ada Si Kur, dewan ahli. Hanya ada mereka berdua. Walau secara tahun masuk kuliah mereka sama denganku, tapi secara angkatan di rumah aku tua setahun dari mereka. Kami pernah berjalan bersama menyelesaikan tanggung jawab dengan 23 orang lainnya tahun lalu.
Aku memilih diam saja dan mengamati polah mereka, sembari memerhatikan seisi rumah. Mereka pun sepertinya menyadari bahwa aku sedang meluahkan rindu. Walau akhirnya, banyak pertanyaan yang telontar dari mereka dan sebagai saudara yang baik aku harus mengimbanginya.
Ada empat ruangan di sana. Ruang tamu, dapur redaksi, sirkulasi, dan dapur masak sekaligus kamar mandi. Tak ada yang berubah. Aku menemukan fotoku masih terpajang. Ahh, sudah tiga tahun aku dibesarkan di sana hingga membentuk watakku seperti sekarang.
Selang beberapa saat, satu persatu saudaraku bermunculan. Seketika suara pecah berhampuran. Banyak yang kaget akan kehadiranku. Bahkan ada yang tak menyadarinya sedari tadi karena aku memilih untuk memojok. Akhirnya, mereka ribut-ribut menyambut saudara yang menghilang selama sebulan ini. Sudah lama ternyata aku meninggalkan "rumah". Tak bisa lagi aku sok berdiam diri. Kukisahkan mereka perjalananku selama sebulan sembari menunggu keberangkatan kami. Rinduku tercurahkan juga. ^_^
***
Setelah semua berkumpul, kami pun berangkat dengan menggunakan dua mobil ditambah dua motor karena tak mencukupi. Inilah salah satu yang membuat aku selalu ingat rumah. Kebersamaan yang hangat. Cuaca jauh dari harap, mereka yang bermotor harus ditimpa hujan hingga basah kuyup setelah berpanas-panas. Kemudian kembali kering karena panas lagi. Namun tak ada umpatan apalagi tampang tak ikhlas dari mereka. Kadang hal kecil seperti itu yang kupelajari dari mereka. Tentang keikhlasan melakukan sesuatu. Jika tak ikhlas, tak usah lakukan. Jika memilih melakukan, tak usah diumpati lagi. Cukup seperti itu saja. Tak usah banyak omong.
***
Sesampainya di Padang Panjang, lokasi acara, aku melihat pancaran keceriaan dari wajah mempelai yang tak bisa disembunyikan. Anak Daro (mempelai wanita) tak berhenti menyunggingkan senyuman manisnya begitu pun Marapulai (mempelai pria). Kebahagiaan yang utuh kurasa. Apalagi kisah perjuangan mereka. Salut!!! Untung saja panggung pelaminan tak kembali kami runtuhkan, seperti waktu tahun lalu menghadiri walimah senior lainnya. Maklum kami selalu datang sekompi, maka tak tertahankan oleh panggung. Hahaha.

Sepulangnya dari sana, kami meluncur ke Bukittinggi untuk bermain. Terusan Kamang merupakan objek destinasi kami kali ini. Terusan itu merupakan salah satu lokasi syuting Tenggelamnya Kapal Van der Wick. Walau aku tak menyetujui beberapa pandangan publik yang telah dibentuk oleh film itu tentang orang Minangkabau. Tapi sudahlah, tak usah dibahas di sini. :D
 
Akhirnya kami kembali ke Padang, lebih kurang dua sampai tiga jam perjalanan. Aku sampai di kos pukul 22.15 WIB dengan perasaan yang luar biasa. Sepertinya aku hidup kembali. Pergi pagi, pulang malam. Begitulah rutinitasku dulu. Tak pernah kehabisan aktivitas. Tak peduli dengan pandangan orang lain.
Aku bahkan bisa melupakan beban pikiran dan perasaan jika berkumpul bersama penghuni Ganto ini. Dari berbagai angkatan, mulai alumni (sepertiku) tua dan muda (aku termasuk alumni anak bawang masih junior, hahah), dewan ahli, dan kru.
Aku baru menyadari saat bersama makhluk-makhluk itulah aku kembali tertawa dengan lepas. Sudah lama aku lupa caranya tertawa. Aku hanya menggerakkan bibir disaat pikiranku berkata, "Balas senyuman orang itu". Tak ada instruksi dari hatiku. Kemelut kehidupan merampas tawaku. Tapi saat bersama mereka, aku merasa hidup kembali. Mungkin, di sanalah aku bisa waras. Seandainya kemarin kembali tak jadi kukunjungi "rumah", mungkin detik ini aku masih gila. :D
***
Dulu aku hidup dengan tiga dunia. Kuliah, organisasi, dan kos. Tak sempat aku terlarut dalam perasaan. Tak ada waktu untuk berkeluh kesah. Tak cukup tidurku hanya untuk sekadar bergalau ria. Yang kupikirkan adalah berusaha di atas rata-rata dengan melakukan dan memberikan yang terbaik dari versiku.
Bersama teman kuliah aku hanya bertemu saat perkuliahan saja. Namun teman-temanku pengertian, aku tak pernah ketinggalan info apapun (baik gosip, tugas, dan main-main). Di organisasi, aku rutin muncul pada saat rapat dan jika ada waktu senggang saja. Tapi kata Pemredku dulu, aku adalah redaktur yang memiliki dedikasi yang tinggi. Dan di kos hanya untuk menitipkan barangku dan numpang tidur. Bahkan tak jarang aku malah tidur di sekre saja. Tanpa disadari citraku telah terbentuk, sesepuh yang menampung keluh kesah kos, maklum aku salah satu yang dituakan karena memang sudah agak tua. ^_^
Aku berusaha untuk hidup adil dan membagi-bagi waktu sebaik mungkin. Tak ingin aku kehilangan momen berharga. Apalagi untuk menyesal suatu ketika. Walau pernah terbesit, keputusanku untuk meninggalkan dunia yang kujalani selama tiga setengah tahun ini terlalu cepat. Jatahku masih ada enam bulan lagi. Masih aku terbuai oleh aktivitas dulu. Lalu, aku tersadar kembali, harusnya aku bersyukur. Aku bisa melalui semua dengan baik sesuai  targetku dulu. Mari lakukan pencapaian lain yang lebih besar. Insya Allah.
***
Syukurlah, sekarang aku bisa mengingat perasaan ini kembali. Sepertinya aku sudah mulai waras. Aku merasa logikaku telah berfungsi lagi. Kemana saja kau belakangan ini? Aku sudah gila menuruti perasaan saja. :D  
Jajaran Redaksi 2015: Pemred bersama redaktur-redakturnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar