"Hanya di sini
aku merasa waras," dikutip dari pernyataan seorang saudara serumah.
Ran_Huri.
Saat akan memulai Rapat Mingguan, (20 Agustus 2015).
Saat akan memulai Rapat Mingguan, (20 Agustus 2015).
Masak Onde-onde untuk buka bareng :D
Rapat: Saat aku diamanahi menjadi Ketua PKJTLN 2015.
Sudah beberapa hari ini aku hilang arah, hilir mudik tak menentukan. Parahnya, jika aku jalan sendiri, aku bisa nyasar kemana-mana. Memang navigasiku kacau sekali. :D
***
Sejak
kembali pulang, aku berencana untuk mengunjungi "rumah". Namun aku
malas sekali untuk beranjak. Selama di sini aku hanya pergi ke bekas kampus
untuk menyelesaikan beberapa urusan yang kubiarkan saja terbengkalai dulu. Dua
hari pascawisuda, aku memilih melalang buana sejenak. Hampir sebulan aku
berkelana. Padang-Jakarta-Semarang-Jakarta-Singapura-Malaysia-Padang. Liburan yang menguras perasaan.
Beberapa
rekan bertanya-tanya, apa aku sudah pulang. Tak sedikit yang terang-terangan berkata,
"Jangan lupa buah tangannya". Aku jawab saja, "Oleh-oleh
berharga adalah kepulanganku kembali bersama foto-foto cantik, haha".
Sembrono!
Sudah
beberapa hari di sini tak kunjung aku datang ke "rumah". Akhirnya,
aku putuskan untuk pulang pada Sabtu pagi sekaligus untuk pergi baralek (pesta pernikahan) Kakak
se"rumah".
Saat
melangkahkan kaki pertama memasuki rumah, aku dirundung perasaan haru. Aku
teramat merindukan tempat itu. Pagi itu masih sepi, pukul 09.15 WIB. Yah
memang, aku tak terbiasa datang tepat waktu jika berjanji melainkan cepat
waktu. Kesepakatannya kami akan berangkat pukul 10.00 WIB. Padahal aku sudah
paham betul, tak akan pernah pergi tepat waktu. Tabiatku yang tak suka membuat
orang menunggu mengakibatkan aku malah keseringan menunggu.
Di
"rumah" aku disambut Pemus, pria keriting yang ramah dan juga ada Si
Kur, dewan ahli. Hanya ada mereka berdua. Walau secara tahun masuk kuliah
mereka sama denganku, tapi secara angkatan di rumah aku tua setahun dari
mereka. Kami pernah berjalan bersama menyelesaikan tanggung jawab dengan 23
orang lainnya tahun lalu.
Aku
memilih diam saja dan mengamati polah mereka, sembari memerhatikan seisi rumah.
Mereka pun sepertinya menyadari bahwa aku sedang meluahkan rindu. Walau akhirnya,
banyak pertanyaan yang telontar dari mereka dan sebagai saudara yang baik aku
harus mengimbanginya.
Ada
empat ruangan di sana. Ruang tamu, dapur redaksi, sirkulasi, dan dapur masak
sekaligus kamar mandi. Tak ada yang berubah. Aku menemukan fotoku masih
terpajang. Ahh, sudah tiga tahun aku dibesarkan di sana hingga membentuk
watakku seperti sekarang.
Selang
beberapa saat, satu persatu saudaraku bermunculan. Seketika suara pecah
berhampuran. Banyak yang kaget akan kehadiranku. Bahkan ada yang tak menyadarinya
sedari tadi karena aku memilih untuk memojok. Akhirnya, mereka ribut-ribut
menyambut saudara yang menghilang selama sebulan ini. Sudah lama ternyata aku
meninggalkan "rumah". Tak bisa lagi aku sok berdiam diri. Kukisahkan
mereka perjalananku selama sebulan sembari menunggu keberangkatan kami. Rinduku
tercurahkan juga. ^_^
***
Setelah
semua berkumpul, kami pun berangkat dengan menggunakan dua mobil ditambah dua
motor karena tak mencukupi. Inilah salah satu yang membuat aku selalu ingat
rumah. Kebersamaan yang hangat. Cuaca jauh dari harap, mereka yang bermotor
harus ditimpa hujan hingga basah kuyup setelah berpanas-panas. Kemudian kembali
kering karena panas lagi. Namun tak ada umpatan apalagi tampang tak ikhlas dari
mereka. Kadang hal kecil seperti itu yang kupelajari dari mereka. Tentang
keikhlasan melakukan sesuatu. Jika tak ikhlas, tak usah lakukan. Jika memilih
melakukan, tak usah diumpati lagi. Cukup seperti itu saja. Tak usah banyak
omong.
***
Sesampainya
di Padang Panjang, lokasi acara, aku melihat pancaran keceriaan dari wajah
mempelai yang tak bisa disembunyikan. Anak
Daro (mempelai wanita) tak berhenti menyunggingkan senyuman manisnya begitu
pun Marapulai (mempelai pria). Kebahagiaan
yang utuh kurasa. Apalagi kisah perjuangan mereka. Salut!!! Untung saja panggung pelaminan tak kembali kami runtuhkan, seperti waktu tahun lalu menghadiri walimah senior lainnya. Maklum kami selalu
datang sekompi, maka tak tertahankan oleh panggung. Hahaha.
Sepulangnya
dari sana, kami meluncur ke Bukittinggi untuk bermain. Terusan Kamang merupakan
objek destinasi kami kali ini. Terusan itu merupakan salah satu lokasi syuting Tenggelamnya Kapal Van der Wick. Walau aku
tak menyetujui beberapa pandangan publik yang telah dibentuk oleh film itu
tentang orang Minangkabau. Tapi sudahlah, tak usah dibahas di sini. :D
Akhirnya
kami kembali ke Padang, lebih kurang dua sampai tiga jam perjalanan. Aku sampai
di kos pukul 22.15 WIB dengan perasaan yang luar biasa. Sepertinya aku hidup
kembali. Pergi pagi, pulang malam. Begitulah rutinitasku dulu. Tak pernah kehabisan
aktivitas. Tak peduli dengan pandangan orang lain.
Aku
bahkan bisa melupakan beban pikiran dan perasaan jika berkumpul bersama penghuni Ganto ini. Dari berbagai angkatan,
mulai alumni (sepertiku) tua dan muda (aku termasuk alumni anak bawang masih junior,
hahah), dewan ahli, dan kru.
Aku
baru menyadari saat bersama makhluk-makhluk itulah aku kembali tertawa dengan
lepas. Sudah lama aku lupa caranya tertawa. Aku hanya menggerakkan bibir disaat
pikiranku berkata, "Balas senyuman orang itu". Tak ada instruksi dari
hatiku. Kemelut kehidupan merampas tawaku. Tapi saat bersama mereka, aku merasa
hidup kembali. Mungkin, di sanalah aku bisa waras. Seandainya kemarin kembali
tak jadi kukunjungi "rumah", mungkin detik ini aku masih gila. :D
***
Dulu
aku hidup dengan tiga dunia. Kuliah, organisasi, dan kos. Tak sempat aku
terlarut dalam perasaan. Tak ada waktu untuk berkeluh kesah. Tak cukup tidurku
hanya untuk sekadar bergalau ria. Yang kupikirkan adalah berusaha di atas
rata-rata dengan melakukan dan memberikan yang terbaik dari versiku.
Bersama
teman kuliah aku hanya bertemu saat perkuliahan saja. Namun teman-temanku
pengertian, aku tak pernah ketinggalan info apapun (baik gosip, tugas, dan
main-main). Di organisasi, aku rutin muncul pada saat rapat dan jika ada waktu
senggang saja. Tapi kata Pemredku dulu, aku adalah redaktur yang memiliki
dedikasi yang tinggi. Dan di kos hanya untuk menitipkan barangku dan numpang
tidur. Bahkan tak jarang aku malah tidur di sekre saja. Tanpa disadari citraku telah
terbentuk, sesepuh yang menampung keluh kesah kos, maklum aku salah satu yang dituakan
karena memang sudah agak tua. ^_^
Aku
berusaha untuk hidup adil dan membagi-bagi waktu sebaik mungkin. Tak ingin aku kehilangan
momen berharga. Apalagi untuk menyesal suatu ketika. Walau pernah terbesit, keputusanku
untuk meninggalkan dunia yang kujalani selama tiga setengah tahun ini terlalu
cepat. Jatahku masih ada enam bulan lagi. Masih aku terbuai oleh aktivitas
dulu. Lalu, aku tersadar kembali, harusnya aku bersyukur. Aku bisa melalui semua
dengan baik sesuai targetku dulu. Mari
lakukan pencapaian lain yang lebih besar. Insya Allah.
***
Syukurlah,
sekarang aku bisa mengingat perasaan ini kembali. Sepertinya aku sudah mulai
waras. Aku merasa logikaku telah berfungsi lagi. Kemana saja kau belakangan
ini? Aku sudah gila menuruti perasaan saja. :D
Jajaran Redaksi 2015:
Pemred bersama redaktur-redakturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar