Senin, 11 April 2016

Hati, Mari Berdamai!










 Adalah tentang sebuah pelajaran berharga. Sebuah hukum Tuhan yang tak bisa dielakkan. Dimana mencicipi apa yang telah dimasak adalah kodrat-Nya. Membangkitkan kenangan lama saat dengan tega diri memulai semuanya. Bahkan mengabaikan jeritan-jeritan pilu sang hati.
Perihal tentang duka yang ditutupi luka. Tentang harap yang disembunyi dalam ungkapan-ungkapan kasar tak bertuah. Tentang lahir yang menghancurkan batin. Dan tentang hati yang dibiarkan berdiam dalam kelam. Mereka tumbuh dalam bayangan ketidakadilan. Saling berlawanan mesti harus berbagi hidup dalam satu jiwa.
Karma itu telah lunas sekarang!!!
Hati, mari berdamai!!!
 Sudah lelahkan untuk meratapi semua? Cukupkan pelajaran pada hari ini. Kemasi duka-duka yang bertaburan. Kumpulkan semua serpihan luka yang ditebarkan dulu. Buanglah itu dan  bakar dalam ketenangan. Agar pilu tak semakin merundung.
Kini, menerima semua adalah belajar untuk mengikhlaskan. Mengikhlaskan lara yang ditumbuhkan si penanam ulah. Mengikhlaskan, berarti belajar untuk menyudahi perkara merasa dan terasa. Mengikhlaskan adalah janji untuk tak mengungkitnya kembali suatu ketika. Mengikhlaskan perihal tentang terlahir kembali dalam keadaan suci tak bernoda.
Kini, waktunya untuk memetik hikmah dari tingkah-tingkah yang tak terjaga. Dari lisan tajam yang tumpul tak bertulang. Biarlah Tuhan menjadi hakim yang adil untuk ini semua. Walau tak bisa lepas dari harap agar Tuhan mengampuni segalanya. *
                                                                                                               Bukittinggi, 10 April 2016

2 komentar:

  1. bagus ci. rat ingin mahir menulis kayak wici deh..

    BalasHapus
  2. Hehe. Indak Rat, masi belajar. Rat pasti lebih baik dari Ci :)

    BalasHapus