Adalah
tentang sebuah pelajaran berharga. Sebuah hukum Tuhan yang tak bisa dielakkan. Dimana
mencicipi apa yang telah dimasak adalah kodrat-Nya. Membangkitkan kenangan lama
saat dengan tega diri memulai semuanya. Bahkan mengabaikan jeritan-jeritan pilu
sang hati.
Perihal
tentang duka yang ditutupi luka. Tentang harap yang disembunyi dalam
ungkapan-ungkapan kasar tak bertuah. Tentang lahir yang menghancurkan batin.
Dan tentang hati yang dibiarkan berdiam dalam kelam. Mereka tumbuh dalam
bayangan ketidakadilan. Saling berlawanan mesti harus berbagi hidup dalam satu jiwa.
Karma
itu telah lunas sekarang!!!
Hati,
mari berdamai!!!
Sudah lelahkan untuk meratapi semua? Cukupkan
pelajaran pada hari ini. Kemasi duka-duka yang bertaburan. Kumpulkan semua serpihan
luka yang ditebarkan dulu. Buanglah itu dan
bakar dalam ketenangan. Agar pilu tak semakin merundung.
Kini,
menerima semua adalah belajar untuk mengikhlaskan. Mengikhlaskan lara yang
ditumbuhkan si penanam ulah. Mengikhlaskan, berarti belajar untuk menyudahi
perkara merasa dan terasa. Mengikhlaskan adalah janji untuk tak mengungkitnya
kembali suatu ketika. Mengikhlaskan perihal tentang terlahir kembali dalam
keadaan suci tak bernoda.
Kini,
waktunya untuk memetik hikmah dari tingkah-tingkah yang tak terjaga. Dari lisan
tajam yang tumpul tak bertulang. Biarlah Tuhan menjadi hakim yang adil untuk
ini semua. Walau tak bisa lepas dari harap agar Tuhan mengampuni segalanya. *
Bukittinggi,
10 April 2016
bagus ci. rat ingin mahir menulis kayak wici deh..
BalasHapusHehe. Indak Rat, masi belajar. Rat pasti lebih baik dari Ci :)
BalasHapus