Manusia hanya punya
satu muka (wajah). Namun, wajah tersebut bisa menampilkan berbagai ekspresi hati
(baik, kasar, jahat, licik, picik, dan lainnya) dan emosi (teduh, tenang, senang,
sedih, kecewa, marah, dan lainnya). Di sutradai oleh Tuhan, manusia adalah
lakon kehidupan untuk hidupnya sendiri. Manusia bisa memanjarkan apa saja yang
dirasakan oleh hati maupun pikiran lewat raut muka dan tindakannya.
Manusia, tak akan bisa terlepas dari emosi. Air muka akan
mengungkapkan itu, ditambah dengan perkataan dan tingkah yang mendukung
semuanya. Banyak manusia yang tak bisa mengendalikan diri dan meluapkan emosi. Tentunya
hal itu akan melapangkan hati dan sedikit menenangkan pikiran.
Hanya saja, aku bukanlah pemain yang baik untuk hidupku
sendiri. Iri rasanya kepada mereka yang bisa blak-blakan menguraikan isi hati.
Ingin rasanya juga bisa terang-terangan meluahkan semuanya. Lagi, aku hanya
bersembunyi di balik "topeng" itu. Topeng khusus yang kupesan. Topeng
yang hanya bisa dipakai untuk mukaku sendiri. Topeng yang tak dijual dimanapun,
walau kau memiliki uang segudang seperti Paman Gober. Hebat memang kedengarannya,
karena aku bisa memiliki topeng itu.
Jika ditanya tentang aku, maka mereka akan menjawab bahwa
aku adalah gadis yang gigih (keras hati dan kepala), kasar (blak-blakan, iya
adalah iya dan tidak adalah tidak), tidak manis dalam bertutur, gampang marah, dan
tegar. Bukan aku namanya yang akan terlihat lemah dan ingin diperhatikan orang.
Karena pantang bagiku menangis dihadapan orang lain, kecuali kalau aku merasa
dirugikan. Itupun bisa dihitung dengan jari dan jarang sekali. Hanya disaat
topengku tak kuasa lagi kugunakan.
Tak ingin rasanya secara transparan seseorang mengetahui
isi hatiku. Tak terima jika seseorang mengasihani diriku. Dan tak sudi rasanya jika
aku terlihat lemah di hadapan orang lain. Akhirnya aku terbiasa menggunakan
topeng itu.
Dirugikan maksudnya? Yah, karena aku bukanlah tipe orang
yang suka mencari-cari masalah. Aku lebih suka berdamai dengan keadaan. Aku
hanya senang untuk memancing-mancing saja. Jika mereka sudah terpancing, maka
aku akan memilih melangkah mundur. Karena aku tak memiliki mental baja untuk
menghadapi kenyataan yang menyakitkan. Jadi, jelas sekalikan? Semua sumber
belum tentu dari aku.
Ketika aku merasa tak bersalah dan dirugikan atas itu,
barulah wujud sebenarnya dari diriku muncul. Lemah. Yah lemah sekali. Membela
diri sendiri saja aku tak memiliki kekuatan. Teramat lemah, bahkan untuk
melindungi diri sendiri saja aku tak mempunyai keberanian. Aneh sekali memang,
jika mentalku telah terlebih dahulu kena, maka aku akan kehilangan segala power, walau aku tak salah. Untuk itulah
aku bersembunyi di balik topeng itu agar tak tertindas.
Andai saja aku adalah pengekspresi perasaan yang baik,
mungkin jalan ini tak akan ditempuh. Andai saja aku bisa mengutarakan apa yang
terjadi pada hati, mungkin semua akan berbeda. Namun, itulah hidup, setiap
pilihan tentu ada konsekuensinya. Dan bijak menyikapi hal itu adalah tanggung
jawab atas sikapku dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar