Sabtu, 09 April 2016

TOPENG


 

Manusia hanya punya satu muka (wajah). Namun, wajah tersebut bisa menampilkan berbagai ekspresi hati (baik, kasar, jahat, licik, picik, dan lainnya) dan emosi (teduh, tenang, senang, sedih, kecewa, marah, dan lainnya). Di sutradai oleh Tuhan, manusia adalah lakon kehidupan untuk hidupnya sendiri. Manusia bisa memanjarkan apa saja yang dirasakan oleh hati maupun pikiran lewat raut muka dan tindakannya.           
            Manusia, tak akan bisa terlepas dari emosi. Air muka akan mengungkapkan itu, ditambah dengan perkataan dan tingkah yang mendukung semuanya. Banyak manusia yang tak bisa mengendalikan diri dan meluapkan emosi. Tentunya hal itu akan melapangkan hati dan sedikit menenangkan pikiran.
            Hanya saja, aku bukanlah pemain yang baik untuk hidupku sendiri. Iri rasanya kepada mereka yang bisa blak-blakan menguraikan isi hati. Ingin rasanya juga bisa terang-terangan meluahkan semuanya. Lagi, aku hanya bersembunyi di balik "topeng" itu. Topeng khusus yang kupesan. Topeng yang hanya bisa dipakai untuk mukaku sendiri. Topeng yang tak dijual dimanapun, walau kau memiliki uang segudang seperti Paman Gober. Hebat memang kedengarannya, karena aku bisa memiliki topeng itu.
            Jika ditanya tentang aku, maka mereka akan menjawab bahwa aku adalah gadis yang gigih (keras hati dan kepala), kasar (blak-blakan, iya adalah iya dan tidak adalah tidak), tidak manis dalam bertutur, gampang marah, dan tegar. Bukan aku namanya yang akan terlihat lemah dan ingin diperhatikan orang. Karena pantang bagiku menangis dihadapan orang lain, kecuali kalau aku merasa dirugikan. Itupun bisa dihitung dengan jari dan jarang sekali. Hanya disaat topengku tak kuasa lagi kugunakan.
            Tak ingin rasanya secara transparan seseorang mengetahui isi hatiku. Tak terima jika seseorang mengasihani diriku. Dan tak sudi rasanya jika aku terlihat lemah di hadapan orang lain. Akhirnya aku terbiasa menggunakan topeng itu.
            Dirugikan maksudnya? Yah, karena aku bukanlah tipe orang yang suka mencari-cari masalah. Aku lebih suka berdamai dengan keadaan. Aku hanya senang untuk memancing-mancing saja. Jika mereka sudah terpancing, maka aku akan memilih melangkah mundur. Karena aku tak memiliki mental baja untuk menghadapi kenyataan yang menyakitkan. Jadi, jelas sekalikan? Semua sumber belum tentu dari aku.
            Ketika aku merasa tak bersalah dan dirugikan atas itu, barulah wujud sebenarnya dari diriku muncul. Lemah. Yah lemah sekali. Membela diri sendiri saja aku tak memiliki kekuatan. Teramat lemah, bahkan untuk melindungi diri sendiri saja aku tak mempunyai keberanian. Aneh sekali memang, jika mentalku telah terlebih dahulu kena, maka aku akan kehilangan segala power, walau aku tak salah. Untuk itulah aku bersembunyi di balik topeng itu agar tak tertindas.
            Andai saja aku adalah pengekspresi perasaan yang baik, mungkin jalan ini tak akan ditempuh. Andai saja aku bisa mengutarakan apa yang terjadi pada hati, mungkin semua akan berbeda. Namun, itulah hidup, setiap pilihan tentu ada konsekuensinya. Dan bijak menyikapi hal itu adalah tanggung jawab atas sikapku dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar